DARI TUGAS MENGHASILKAN KARYA

SOFTSKILL

Saturday, 10 January 2015

Kitab - Kitab Tentang Akhlak

Kali ini saya akan memberikan informasi tentang kitab-kitab yang saya pelajari, pengkaji. Kitab - kitab yang saya pelajari hanya baru dua saja, akan tetapi saya sudah mengetahui banyak makna dari kitab - kitab tersebut. Apa kitabnya? ya kitab tersebut adalah kitab mengenai akhlak/kepribadian serta mengajarkannya hal - hal yang baik, hal -hal yang boleh dilakukan atau tidak. Dari mulai kehidupan sehari - hari, ibadah, tata krama, etika,sopan santun, belajar mengajar dan masih banyak yang lainnya yang dibahas dan diajarkan oleh kitab tersebut.

Yang pertama adalah KITAB WASHOYA.
Kitab ini dikarang oleh tokoh yang sangat mulia Syeikh Muhammad Syakir bin Ahmad bin Abdil Wadir bin Abdul Warits dan keluarga Abi ‘Ulayyaa’ dan keluarga yang dermawan yang telah dikenal sebagai keluarga yang paling mulia dan yang paling dermawan di kota Jurja.


Lahir di Jurja pada pertengahan Syawal tahun 1282 H. Beliau menghapal Al-Qur’an di sana, dan belajar dasar-dasar studinya (di sana), kemudian beliau rihlah (bepergian untuk menuntut ilmu) ke universitas Al-Azhar dan beliau belajar dari guru-guru besar pada masa itu, kemudian dia dipercayai untuk memberikan fatwa pada tahun 1307 H. Dan kemudian beliau menduduki jabatan sebagai ketua mahkamah mudiniyyah Al-Qulyubiyyah, dan tinggal di sana selama tujuh tahun sampai beliau dipilih menjadi Qadhi (hakim) untuk negeri Sudan pada tahun 1317 H. Dan dia adalah orang pertama yang menduduki jabatan ini, dan orang yang pertama yang menetapkan hukum-hukum hakim yang syar’i di Sudan di atas asas yang paling terpercaya dan paling kuatnya, kemudian pada tahun 1322 H beliau ditunjuk sebagai guru bagi para ulama-ulama lskandariyyah sampai membuahkan hasil, dan memunculkan bagi kaum muslimin orang-orang yang menunjukkan (umat supaya) dapat mengembalikan kejayaan Islam di seantero dunia, kemudian beliau ditunjuk sebagai wakil bagi para guru Al-Azhar, sampai beliau menebarkan benih-benih yang baik, kemudian beliau menggunakan kesempatan pendirian jam’iyyah Tasyni’iyyah pada tahun 1913 M kemudian beliau berusaha untuk menjadi anggota organisasi tersebut, sebagai pilihannya dari sisi pemerintah Mesir, dan dengan itulah beliau meninggalkan jabatannya, serta enggan untuk kembali kepada satu bagianpun dan jabatan-jabatan tersebut, dan beliau tidak lagi berhasrat setelah itu kepada sesuatu yang memikat dirinya, bahkan beliau lebih mengutamakan untuk hidup dalam keadaaan pikiran, amalan, hati dan ilmu yang bebas lepas, dan dia memiliki pemikiran-pemikiran yang benar pada tulisannya, dan ucapan-ucapan yang membakar, senantiasa ada yang menentang itu semua yang mengumandangkannya pada pikiran-pikiran sebagian besar orang-orang yang bensikeras terhadap perkara-perkara Ijtimaiyyah, dan termasuk dan karakteristik beliau yaitu bahwa beliau mengokohkan agamanya, mengokohkan dirinya di dalam aqidahnya, mengokohkan pemikirannya, dia itu pemberani bukan pengecut, dia tidak menghindar dari seorangpun, dan dia tidak merasa takut kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.

Dan dia adalah orang yang kokoh di dalam keilmuan baik secara~ naqliyah (dalil-dalil Al-Kitab dan As-sunnah) maupun secara aqliyah, dan tidak ada seorangpun yang dapat menyepak dia di dalam diskusi maupun perdebatan karena dalamnya dia di dalam menegakkan hujjah-hujjah dan membuat sang pendebat menjadi terdiam, karena kesuburan otaknya dan pemikiran-pemikirannya yang berantai, dan karena pemikiran-pemikirannya terangkaikan di atas kaidah-kaidah mantiq yang shahih lagi selamat.

Dan pada akhir umur beliau terbaring di rumahnya karena sakit, dan beliau selalu berada di ranjangnya, tatkala lumpuh menimpanya beliau merasakannya dengan sabar dan penuh berharap (akan ampunanNya), beliau ridha terhadap Tuhannya dan terhadap dirinya, dengan penuh keyakinan bahwa dinirya benar-benar telah menegakkan apa yang diwajibkan bagi dirinya berdasarkan agamanya, dan umatnya, menunggu panggilan Rabbnya kepada hamba-Nya yang shaleh. “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam sorga-Ku” (AI-Fajr: 27-30)

Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau dengan rahmat yang luas, beliau rahimahullah wafat pada tahun (1358) H yang bertepatan pada (1939) M dan semoga juga terlimpah bagi anak beliau yaitu Al-‘Allamah Syaikh Ahmad Muhammad Syakir Abil Asybal seorang Muhaddits besar yang wafat pada tahun 1958 M rahimahullah yang telah menulis suatu nisalah tentang perjalanan hidup ayahnya yang diberi nama “Muhammad Syakir” seorang tokoh dan para tokoh zaman. Selesai dengan (beberapa) pengubahan dari biografi anaknya Al-‘Allamah Ahmad Muhammad Syakir rahimahullah.
Kitab ini mempunyai 20 bab dan beberapa sub bab lainnya yang mengenai berbaagai materi sikap perilaku manusia menurut ajaran islam.

Yang Kedua Kitab Ta'lim Muta'lim
Kitab ini dikarang oleh seorang ali ulama yang berNama lengkap  Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Nama lain yang disematkan kepadanya adalah Burhan al-Islam dan Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti waktu dan tempat lahirnya al-Zarnuji.Nama “al-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu tempat bernama Zurnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah Turki. Sementara kata “al-Hanafi” diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang dianutnya, yakni mazhab Hanafi.

Perjalanan kehidupan al-Zarnuji tidak dapat diketahui secara pasti. Meski diyakini ia hidup pada masa kerajaan Abbasiyah di Baghdad, kapan pastinya masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Al-Quraisyi menyebut al-Zarnuji hidup pada abad ke-13 M. Sementara para orientalis seperti G.E. Von Grunebaun, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa al-Zarnuji hidup dipenghujung abad 12 dan awal abad 13 M.

Al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua tempat yang disebut-sebut sebagai pusat keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa belajar, al-Zarnuji banyak menimba ilmu dari; syeikh Burhan al-Din, pengarang buku al-Hidayah; Khawahir Zadah, seorang mufti di Bukhara; Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim, sekaligus adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada Syeikh Zahir al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai seorang mufti.

Karya termasyhur al-Zarnuji adalah Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji. Meski menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-Muta’allim, hanyalah salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-Zarnuji. Seorang orientalis, M. Plessner, misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah satu karya al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M.

Pendapat Plessner ini dikuatkan oleh Muhammad ‘Abd Qadir Ahmad. Menurutnya, minimal ada dua alasan bahwa al-Zarnuji menulis banyak karya, yaitu: pertama, kapasitas al-Zarnuji sebagai pengajar yang menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun metode pembelajaran yang dikhususkan agar pasa siswa sukses dalam belajarnya. Tidak masuk akal bagi al-Zarnuji, yang pandai dan bekerja lama di bidangnya itu, hanya menulis satu buku.Kedua, ulama-ulama yang hidup semasa al-Zarnuji telah menghasilkan banyak karya.Karena itu, mustahil bila al-Zarnuji hanya menulis satu buku.

Tentang ada tidaknya karya lain yang dihasilkan al-Zarnuji sebenarnya dilukiskan al-Zarnuji sendiri dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, yang dalam salah satu bagiannya ia mengatakan: “…kala itu guru kami syeikh Imam ‘Ali bin Abi Bakar semoga Allah menyucikan jiwanya yang mulia itumenyuruhku untuk menulis kitab Abu Hanifah sewaktu aku akan pulang ke daerahku, dan aku pun menulisnya…” Hal ini bisa memberikan gambaran bahwa al-Zarnuji sebenarnya mempunyai karya lain selain kitabnya yang berjudul Ta’lim al-Muta’allim. Telepas dari perdebatan itu, al-Zarnuji merupakan tokoh yang telah memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan pendidikan Islam.Karyanya, patut dikaji dan dipelajari.
Kitab ini mempunyai 12 Fasal dengan berbagai sub bab disetiap fasalnya.

mungkin cukup sekian penjelasan dari saya terima kasih semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment