EKONOMI
TEKNIK
1.ALIRAN
UANG (CASHFLOW) DAN PENYUSUNANNYA
Pengertian
CashFlow
Aliran uang atau biasa disebut juga sebagai
cashflow merupakan proses perputaran uang didalam suatu instansi atau bisnis
tertentu yang pada mana mempunyai pengeluaran dan pemasukan kembali pada usaha
tersebut dalam perode atau jangka waktu tertentu. Aliran uang ini biasanya kan
tersimpan didalam storage atau kas penyimpanan badan usaha tersebut, yang akan
menjadi dana investasi bagi pemilik badan usaha tersebut.
Aliran
uang atau cashflow memliki bebrap jenis antara lain:
1.
E (Employee)
Anda punya pekerjaan, anda menukar waktu
dan tenaga untuk diganti dengan sejumlah uang. Atau anda pencari pekerjaan yang
aman dan menjamin, dengan bayaran tinggi dan tunjangan bagus.
2.
S (Self Employee
Anda memiliki pekerjaan, anda adalah
superman dalam pekerjaan anda. Apabila anda sakit, pekerjaan dan aliran uang
anda juga sakit. Anda tidak akan pernah menemukan orang yang pantas untuk
pendelegasian tugas anda. Dengan bayaran tinggi, anda adalah pekerjaan anda.
Anehnya, banyak orang yang merasa sudah berada di sisi B padahal sejatinya
masih berada di sisi S.
3.
B (Business Owner)
Anda memiliki sistem dan orang bekerja
untuk anda. Anda senantiasa mencari orang untuk mengisi posisi tertentu dalam
sistem milik anda.
4. I (Investor)
Uang bekerja untuk anda. Anda hanya pencari
sistem yang kuat dan teruji untuk anda investasikan uang anda disana. Investor
ulung hanya menginvestasikan sebagian kecil uang mereka ke sistem yang sedang
berkembang. Biasanya, merekalah yang menguasai ekonomi secara tidak langsung.
Telah saya singgung sebelumnya, cashflow
selalu berkaitan dengan penyimpanan uang atau biasa disebut kas. Kas disini
terbagi beberapa macam yang dapat diartikan berbeda-beda:
-
Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan
aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya;
pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan
aliran kas keluar (cash out flow).
-
Aliran kas operasional (Operational Cash Flow)
merupakan aliran kas yang berkaitan dengan operasional proyek seperti;
penjualan, biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional
merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).
-
Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan
aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa
modal kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek.
-
Cash flow mempunyai beberapa
keterbatasan-keterbatasan antara lain;
a) Komposisi penerimaan dan pengeluaran yang dimasukan
dalam cash flow hanya yang bersifat
tunai.
b) Perusahaan hanya berpusat pada
target yang mungkin kurang fleksibel
c) Apabila terdapat
perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat
mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan,
maka akan terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas
misalnya; kondisi ekonomi yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam
memenuhi kewajibanya
2. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN CASH FLOW (ALIRAN KAS)
2. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN CASH FLOW (ALIRAN KAS)
Dalam menyusun Cash Flow, ada beberapa
prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu yaitu: Cash Flow disusun
dengan basis tunai (Cash Basis).
Hal ini berbeda dengan penyusunan Laporan
Keuangan yang umumnya menggunakan Accrual Basis.Pada Cash Basis:
· Pendapatan
diakui pada saat uang tunai diterima, bukan pada saat penjualan dilakukan.
· Biaya-biaya
diakui pada saat uang tunai dikeluarkan, bukan pada saat biaya timbul.
Sedangkan pada Accrual Basis,
pendapatan dan biaya diakui pada saat kejadian, dan hal tersebut belum tentu
sama dengan waktu terjadi perpindahan uang tunai.
Contoh:
PT.
SATRIA MANDIRI memiliki sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan secara
tunai. Income Statement per akhir tahun adalah sebagai berikut:
Penjualan
Bersih
: Rp. 1.000
Harga
Pokok
Penjualan
: Rp.
800 (-)
Laba
Kotor
:
Rp. 200
Biaya
Operasional
- Gaji/Bonus
: Rp. 50
- Lain-lain
: Rp. 40
- Depresiasi
: Rp. 20 (+)
Rp.
110 (-)
Laba
Bersih Operasional
Rp. 90
Pajak
Penghasilan 30
% Rp.
30 (-)
Laba
Bersih Setelah Pajak :Rp.
60
Dalam perhitungan Cash Flow, kita
tidak memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena depresiasi
merupakan biaya non-kas. Dengan demikian, dari perhitungan Rugi/Laba diatas, Cash
Flow yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Laba
Bersih
: Rp. 60
Depresiasi
: Rp. 40 (+)
Cash
flow
: Rp 100
Cash Flow dapat disusun dengan periode
(interval) per tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja semakin pendek
interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan yang lebih
tinggi. Untuk Bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan atau tahunan.
.FORMAT CASH FLOW
.FORMAT CASH FLOW
Bentuk (format) cash flow sangat
bervariasi. Tidak ada satu bentuk baku yang dipakai secara umum. Walaupun
demikian, apapun bentuk yang dipakai, format Cash Flow terdiri dari
komponen-komponen berikut:
1. Saldo
Awal Kas (Beginning Cash Balance)
Yaitu jumlah uang tunai (kas) yang dimiliki
perusahaan di awal periode.
2. Kas
Masuk atau Penerimaan kas (Cash Inflow)
Yaitu aliran kas yang diterima oleh
perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan (sehari,
sebulan, triwulan, dan seterusnya). Yang dimaksud dengan Cash Flowadalah
uang tunai yang benar-benar diterima.
Beberapa contoh komponen yang termasuk
dalam Cash Flow adalah:
· Piutang
Dagang yang tertagih (Account Receivable Collected), yaitu Piutang Dagang yang
dibayar oleh pelanggan sehubungan dengan penjualan kredit yang dilakukan oleh
perusahaan.
· Pendapatan
Bunga (Interest Income) atas simpanan yang ada di Bank, seperti jasa giro,
bunga deposito, dan lain-lain. Pendapatan bunga mungkin juga diperoleh dari
pelanggan perusahaan yang terlambat membayar piutang dagang yang telah jatuh
tempo sehingga memberikan sejumlah kompensasi kepada perusahaan dalam bentuk
bunga. Pendapatan jenis ini dapat ditemukan di pos Other Income (pendapatan
lain-lain) di Income Statement.
· Restitusi
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) untuk para eksportir yang menggunakan bahan
baku dalam negeri, yang pada saat membeli bahan baku mereka telah membayar PPN.
· Pengembalian
Kelebihan Pph (Pajak Penghasilan) yang telah dibayar
· Penerimaan
Uang Tunai sehubungan dengan penjualan aktiva tetap yang dilakukan
perusahaan.
· Injeksi
Dana Segar dari pemegang saham. Misalnya adanya penambahan modal disetor,
pemberian pinjaman oleh para pemegang saham, dan lain-lain.
3. Total
Kas yang Tersedia (Total Cash Available)
Yaitu penjumlahan antara saldo awal kas
dengan penerimaan tunai periode yang bersangkutan. Saldo ini menunjukkan total
uang tunai yang dimiliki perusahaan untuk periode tersebut. Kas yang tersedia
inilah yang dipergunakan oleh perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban
tunainya.
4. Kas
Keluar atau Pengeluaran Kas (Cash Out Flow)
Yaitu aliran pembayaran kas (tunai) yang
dilakukan perusahaan. Komponen ini adalah kebalikan dari Cash In Flow.
Pada Cash In Flow perusahaan menerima uang tunai, maka pada Cash
Out Flow perusahaan mengeluarkan uang tunai.
Beberapa contoh komponen Cash Out Flow adalah:
· Pembayaran
Utang Dagang (Account Payable Paid), Yaitu utang dagang yang jatuh tempo yang
harus dibayar sehubungan dengan pembelian secara kredit oleh perusahaan.
· Biaya
Margin (Margin Expense) akibat pemakaian dana pinjaman, seperti pinjaman
bank, leasing, dan lain-lain.
· Upah
Buruh (Labour Cost), misalnya untuk industri manufaktur.
· Biaya
Operasional Tunai seperti biaya gaji dan bonus karyawan, biaya utilitas
(listrik, air, telepon), biaya asuransi, biaya perjalanan, dan lain-lain.
· Utang
Pph yang masih harus dibayar
· Biaya-biaya
kredit seperti provisi kredit, biaya administrasi kredit, dan lain-lain.
· Pembelian
Aktiva Tetap (Capital Expenditure) seperti pembelian mesin-mesin,
peralatan, tanah, dan bangunan, dan lain-lain.
· Pembayaran
Deviden Tunai (Cash Dividend)
· Pembayaran
Angsuran Pokok Utang (Principle Repayment)
5. Surplus/Defisit
Kas Perusahaan (Net Cash Surplus/Defisit)
Yaitu selisih antara total kas yang
tersedia dengan Cash Out Flow. Ada beberapa indikasi yang ditunjukkan oleh
perusahaan yang memiliki kas surplus yang cukup besar terus menerus yaitu:
· Kemampuan
membayar angsuran pokok pinjaman (bila ada) masih cukup besar. Dalam kasus
seperti ini, kita dapat mempertimbangkan kemungkinan pemberian pinjaman yang
tidak terlalu lama.
· Jika
perusahaan memiliki pinjaman jangka pendek, kas yang surplus menunjukkan bahwa
pinjaman jangka pendek tersebut dapat dilunasi.
Segalanya, bila kas adalah defisit, ada
beberapa indikasi yang ditunjukkan:
· Angsuran
pokok pinjaman (bila ada) terlalu besar. Untuk menguji hal ini, kita dapat
mencoba mengeluarkan angsuran pokok dari Cash Out Flow. Bila pengujian ini
benar, kita harus memberi pinjaman yang lebih panjang yang angsuran pokoknya
per periode lebih ringan.
· Perusahaan
membutuhkan tambahan pinjaman untuk menutup kekurangan kas tersebut.
· Bila
defisit hanya terjadi pada interval awal, berarti terdapat kebutuhan akan grace
perioduntuk pinjaman jangka panjang yang diberikan. Perusahaan baru mulai dapat
melakukan pembayaran angsuran pokok pinjaman bila saldo telah menunjukkan angka
positif (surplus).
6. Saldo
Kas Minimum (Minimum Cash Balance)
Yaitu sejumlah uang tunai tertentu yang
mengendap di perusahaan sepanjang waktu, misalnya untuk keperluan kas kecil.
Untuk pedagang mobil bekas (used car), setiap saat harus memiliki sejumlah uang
tunai agar dapat langsung melakukan pembelian bila ada mobil yang ingin dibeli.
7. Kebutuhan
Dana Tambahan (Additional Financial Needs)
Yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk
menutup defisit kas.
Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung
pada besarnya saldo kas minimum dan kondisi kas perusahaan (defisit / surplus).
· Bila
tidak ada saldo kas minimum yang ingin dipelihara oleh perusahaan, saldo
defisit kas sama dengan jumlah kebutuhan dananya.
· Bila
ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan saldo kas adalah defisit, kebutuhan
dana tambahan sebesar saldo kas minimum ditambah jumlah defisit kas.
· Bila
ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan saldo kas adalah surplus, tetapi
lebih kecil daripada saldo kas minimum yang disyaratkan, kebutuhan dana
tambahan adalah sebesar selisih antara saldo kas minimum dengan saldo surplus.
· Bila
ada saldo kas minimum yang harus di jaga, dan posisi kas adalah surplus, dimana
nilai surplus di atas saldo kas minimum, maka tidak dibutuhkan dana tambahan.
8. Saldo
Kas Akhir (Ending Cash Balance)
Yaitu posisi kas di akhir periode (interval)
setelah memperhitungkan kebutuhan dana tambahan.
Secara matematis, suatu Format Cash
Flow secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
BEGINNING CASH BALANCE
:
A
CASH
INFLOW
: B
|
TOTAL CASH
AVAILABLE
: C ( A + B )
CASH
OUTFLOW
: D
|
NET CASH
SURPLUS
: E ( C – D )
|
MINIMUM CASH
BALANCE
:
F
ADDITIONAL FINANCIAL
NEEDS
: G
|
ENDING CASH
BALANCE
: H ( F + G )
|
F = 0
|
Jika E <
0
maka
G = E
(Nilai Absolut)
Jika E > =
0
maka
G = 0
|
F > 0
|
Jika E <
0
maka
G = F + E (Nilai
Absolut)
Jika E =
0
maka
G = F
Jika E < E
< E
maka
G = F - E
Jika E >=
F
maka
G = 0
|
3. PERHITUNGAN ALIRAN UANG (CASHFLOW)
Ada
2 cara dalam menghitung cash flow, yaitu:
- Kas Masuk Bersih= EAT+ Penyusutan.
Jika proyek/usaha tersebut dibiayai dengan modal sendiri.
- Kas Masuk Bersih= EAIT+Penyusutan+Bunga (1-tax)
Jika proyek
Contoh Cash Flow
Uraian | Menurut lap. Akuntansi | Keterangan | Arus Kas |
| Rp. 400 juta | Kas Masuk | Rp. 400 juta |
-Total Biaya
-Penyusutan
| Rp. 200 jutaRp. 100 juta | Kas KeluarKas Masuk | Rp. 200 jutaRp. 100 juta |
| Rp. 100 juta | ||
| Rp. 50 juta | ||
Laba Setelah Pajak (EAT) | Rp. 50 juta |
Cash flow = EAT+Penyusutan = 50 juta + 100 juta
= 150 juta
Catatan:
EBT = Earning Before Tax (Laba Sebelum Pajak)
EAT = Earning After Tax (Laba Setelah Pajak)
Khusus bagi perusahaan yang sudah ada sebelumnya dan hendak melakukan ekspansi atau perluasan usaha, penilaian dapat pula dilakukan dari laporan keuangan yang dimilikinya. Laporan keuangan yang dinilai biasanya adalah neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode (Kasmir & Jakfar, 2005:137).
Aplikasi Untuk Cash Flow Setiap Tahun Berbeda
Suatu perusahaan (asumsi) sedang mempertimbangkan usulan proyek investasi sebesar Rp. 50 juta selama 5 tahun, dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan 20 %, perkiraan arus kas (cash flow) pertahunnya sebagai berikut:
Tahun | Arus kas |
1 | 17.500.000 |
2 | 19.000.000 |
3 | 20.500.000 |
4 | 22.000.000 |
5 | 24.500.000 |
Hitunglah keuntungan perusahaan tersebut dengan menggunakan analisis NPV!
Rumus.
CF1 CF2 CF3 CFN
PV = + + +….+ – OI
(1+i)1 (1+i)2 (1+i)3 (1+i)n
NPV= ∑ PV Cash flow – Nilai Investasi (Original investment)
Tahun(1) | Cash Flow(2) | Interest Rate(3) | Present Value(4)=(2)x(3) |
1 | Rp. 17.500.000 | 0,833 | Rp. 14.577.500 |
2 | Rp. 19.000.000 | 0,694 | Rp. 13.186.000 |
3 | Rp. 20.500.000 | 0,579 | Rp. 11.869.500 |
4 | Rp. 22.000.000 | 0,482 | Rp. 10.604.000 |
5 | Rp. 24.500.000 | 0,402 | Rp. 9.849.000 |
Total present valueOriginal investment | Rp. 60.086.000Rp. 50.000.000 | ||
Net Present Value | Rp.10.086.000 |
Berdasarkan kriteria NPV, usulan proyek investasi tersebut sebaiknya diterima karena NPV-nya positif. Artinya dana sebesar Rp. 50 juta yang diinvestasikan selama 5 tahun dalam proyek tersebut dapat menghasilkan present value cash flow sebesar Rp. 10.086.000
Aplikasi Untuk Cash Flow Setiap Tahun Sama
Suatu perusahaan mempertimbangkan usulan proyek investasi sebesar Rp. 50 juta dengan arus kas (cash flow) Rp. 25 juta pertahun sebesar Rp. juta selama 5 tahun dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan 20 %.
Tahun(1) | Cash Flow(2) | Intrest Rate(3) | Present Value(4)=(2)x(3) |
1 | Rp. 25.000.000 | 0,833 | Rp. 20.825.000 |
2 | Rp. 25.000.000 | 0,694 | Rp. 17.350.000 |
3 | Rp. 25.000.000 | 0,579 | Rp. 14.475.000 |
4 | Rp. 25.000.000 | 0,482 | Rp. 12.050.000 |
5 | Rp. 25.000.000 | 0,402 | Rp. 10.050.000 |
Total present valueOriginal investment | Rp. 74.750.000Rp. 50.000.000 | ||
Net Present Value | Rp. 24.750.000 |
Berdasarkan kriteria NPV, usulan proyek investasi tersebut sebaiknya diterima kerena NPV-nya positif. Artinya dana sebesar Rp. 50 juta yang diinvestasikan selama 5 tahun dalam proyek tersebut dapat menghasilkan present value cash flow sebesar Rp. 24.750.000
- Profit Sharing
Dari contoh diatas. Disini peneliti ingin mengadakan perbandingan dalam menilai kelayakan investasi melalui contoh yang sama dengan menggunakan analisis Profit Sharing, dengan tetap melihat perkiraancash flow.
Contoh:
Suatu perusahaan (asumsi) sedang mempertimbangkan usulan proyek investasi sebesar Rp. 50 juta selama 5 tahun dengan nisbah bagi hasil 80:20, perkiraan arus kas (cash flow) pertahunnya sebagai berikut:
Tahun | Arus kas |
1 | 17.500.000 |
2 | 19.000.000 |
3 | 20.500.000 |
4 | 22.000.000 |
5 | 24.500.000 |
Hitunglah keuntungan perusahaan tersebut dengan menggunakan analisis profit sharing!
Tahun(1) | Cash flow(2) | Nisbah Bagi Hasil(3) | Profit Sharing(4)=(2)x(3) |
1 | Rp. 17.500.000 | 0,2 | Rp. 3.500.000 |
2 | Rp. 19.000.000 | 0,2 | Rp. 3.800.000 |
3 | Rp. 20.500.000 | 0,2 | Rp. 4.100.000 |
4 | Rp. 22.000.000 | 0,2 | Rp. 4.400.000 |
5 | Rp. 24.500.000 | 0,2 | Rp. 4.900.000 |
Total ProfitJumlah Investasi | Rp. 20.700.000Rp. 50.000.000 | ||
Profit Sharing | Rp. -29.300.000 |
Berdasarkan analisis Profit Sharing, usulan proyek investasi tersebut sebaiknya ditolak, karena jumlahProfit Sharing lebih kecil dari jumlah investasi. Artinya dana sebesar Rp. 50 juta yang diinvestasikan selama 5 tahun dalam proyek tersebut dapat menghasilkan profit sharing cash flow sebesar Rp. -29.300.000
Namun, dalam analisis profit sharing besar kecilnya nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara bersama dengan berlandaskan prinsip keadilan. Artinya dalam hal ini, pihak investor dapat menawar kembali jumlah nisbah tersebut. Misalnya, berdasarkan kesepakatan antara pihak pengelola dana dan pihak pemberi dana terjadi kesepakatan nisbah bagi hasil 50:50
Tahun(1) | Cash flow(2) | Nisbah Bagi Hasil(3) | Profit Sharing(4)=(2)x(3) |
1 | Rp. 17.500.000 | 0,5 | Rp. 8.750.000 |
2 | Rp. 19.000.000 | 0,5 | Rp. 9.500.000 |
3 | Rp. 20.500.000 | 0,5 | Rp. 10.250.000 |
4 | Rp. 22.000.000 | 0,5 | Rp. 11.000.000 |
5 | Rp. 24.500.000 | 0,5 | Rp. 12.250.000 |
Total ProfitJumlah Investasi | Rp. 51.750.000Rp. 50.000.000 | ||
Profit Sharing | Rp. 1.750.000 |
Berdasarkan analisis profit sharing dengan nisbah 50:50, jumlah profit adalah Rp. 1.750.000. Artinya, jika proyek investasi ini terjadi investor akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.750.000
Aplikasi Untuk Cash Flow Setiap Tahun Sama
Suatu perusahaan mempertimbangkan usulan proyek investasi sebesar Rp. 50 juta dengan arus kas (cash flow) Rp. 25 juta pertahun sebesar Rp. juta selama 5 tahun dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan dengan nisbah bagi hasil 80:20.
Tahun(1) | Cash flow(2) | Nisbah Bagi Hasil(3) | Profit sharing(4)=(2)x(3) |
1 | Rp. 25.000.000 | 0,2 | Rp. 5.000.000 |
2 | Rp. 25.000.000 | 0,2 | Rp. 5.000.000 |
3 | Rp. 25.000.000 | 0,2 | Rp. 5.000.000 |
4 | Rp. 25.000.000 | 0,2 | Rp. 5.000.000 |
5 | Rp. 25.000.000 | 0,2 | Rp. 5.000.000 |
Total ProfitJumlah Investasi | Rp. 25.000.000Rp. 50.000.000 | ||
Profit Sharing | Rp. -25.000.000 |
Berdasarkan kriteria Profit Sharing, usulan proyek investasi tersebut sebaiknya ditolak kerena Profit-nya negatif. Artinya dana sebesar Rp. 50 juta yang diinvestasikan selama 5 tahun dalam proyek tersebut dapat menghasilkan profit sharing cash flow sebesar Rp. -25.000.000
Akan berbeda hasilnya, jika dengan contoh yang sama, namun besaran nisbah bagi hasilnya 60:40,
Cash flow = 25.000.000 x 0,4 = 10.000.000
Waktu investasi = 10.000.000 x 5 = 50.000.000
Artinya, jika proyek investasi tersebut diterima, dengan nisbah bagi hasil 60:40 jumlah antara profit dan modal itu sama (impas).
Penilaian kelayakan investasi dengan menggunakan NPV, yang mengedepankan analisis kelayakan finansial, tentu akan menolak proyek investasi dengan nilai cash flow bersih yang lebih kecil dari modal, karena pihak investor akan mengalami kerugian.
Berikut ini adalah estimasi penerimaan dan pengeluaran perusahaan PT. Usaha Anda yang bergerak dibidang industri makanan dalam waktu enam bulan.
Untuk menyusun proyeksi arus kas untuk bulan January sampai dengan bulan juni, dilakukan dengan asumsi sebagai berikut :
- Saldo kas awal Rp 10,000,000
- Saldo kas minimum yang harus dipertahankan sebesar Rp 10,000,000/bulan
- Platfond pinjaman yang diberikan oleh bank adalah sebesar Rp 50,000,000 dengan bunga 10 % flat jangka waktu 1 tahun, tetapi pencairannya sesesuaikan dengan kondisi arus kas pada perusahaan.
4. TRANSFORMASI KARAKTERISTIK ALTERNATIF PROYEK KEDALAM DIMENSI MONETER
Dalam pengalaman ekonomi saya, membuat proyek catu daya atau power supply untuk kebutuhan rumah tangga. Dalam proyek tersebut membutuhkan beberapa alat dan rincian - rincian dananya untuk membuatnya dan dana modal tersebut bisa kembali atau lebih dari modal tersebut, atau dapat dijual dengan harga tinggi.
rincian alat dan dana tersebut sebagai berikut :
Nama Barang
|
Harga Satuan
|
Keterangan
|
Papan PCB 4 buah
|
5000 x 4 = 20.000
|
|
Resistor 250 ohm 2 buah
|
200x2 = 400
|
|
Trafo CT 1 biah
|
50.000
|
|
1000 ohm 4 buah
|
300x4 = 1200
|
|
Transistor buah
|
500
|
|
Kapasitor 1 uf buah
|
500
|
|
Dioda bridge 1 buah
|
5000
|
|
IC 7812 2 buah
|
5000
|
|
LED 4 buah
|
250x4 = 1000
|
|
Solder + timah 1 buah
|
70.000
|
|
Papan mika + skotlet warna
|
100.000
|
Cover dan box
|
TOTAL
|
253.600
|
|
Harga total dari alat dan bahan tertera 253.600 rupiah ditambah dana dadakan untuk print dan lain-lain sebesar 20.000 rupiah
Perkiraan untuk penjualan sekitar 350.000 rupiah
Maka keuntungan dari proyek ini sebesar 76.300 rupiah
No comments:
Post a Comment